OSAMA dan DUA TOKOH PENTING AL-QAEDAH.

"Growing UP Bin Laden" adalah sebuah buku yang di tulis oleh Najwa Ghanem istri pertama OSAMA BIN LADEN, bersam anak nya Omar Bin Laden, dan Jean Sasson, penulis terkenal New York Times, diterbitkan pada 2009 oleh St Martin's Press New York. Di Indonesia, buku setebal 543 halaman ini diterbitkan Literati pada April 2010.
Osam Bin Laden menikah tahun 1974, saat itu Osama masih duduk di sekolah percontohan AL THAGER yang kemudian kuliyah di Universitas King Abdul Aziz Tahun 1976 jurusan Ekonomi dan manajemen, namun tak pernah selesai menurut Najwa.
Selama masa pendidikan formal Osama, umat Muslim di Timur Tengah mengalami kebangkitan Islam yang disebut Salwa, bermula dari perang Israel dengan Mesir, Yordania dan Suriah pada 1967. Negara Timur Tengah mengalami kekalahan. Ribuan pemuda Arab mempertanyakan pemimpin mereka dan menuntut perubahan.
pada awal tahun 1979 semangat Osama untuk ber-JIHAD mulai terbentuk, Osama ditemani Najwa, pergi ke Indiana, AS, dan bertemu salah satu mentornya, Abdullah Azzam. Azzam, pria kelahiran Hartiyeh, Palestina, tahun 1941, saat Palestina dijajah Inggris. Azzam belajar di Khadori College, bekerja sebagai guru di Yordania, mengambil BA bidang syariah di Damaskus, Suriah. Saat Israel menduduki Tepi Barat setelah memenangkan perang 6 hari, Azzam lari ke Yordania dan bergabung dengan Persaudaraan Muslim Palestina. "Abdullah Azzam berkeras bahwa peta Timur Tengah yang dibuat Inggris Raya dan Prancis setelah Perang Dunia I harus ditulis kembali oleh bangsa Arab,"
Saat gerilyawan Muslim meluncurkan jihad melawan Rusia, mereka didukung AS, Inggris Raya dan negara muslim lain. "Terpikat dengan pesan politik Abdullah Azzam, Osama Bin Laden siap secara mental untuk merespons invasi Soviet di Afghanistan,". Saat itu Osama Bin Laden meninggalkan bangku kuliah dan menghabiskan waktunya bekerja atas nama pejuang perlawanan Afghan, Mujahiddin. Azzam menjadi partner Osama Bin laden.Dari tahun 1980-1985, ada 9 serangan besar Rusia yang mengakibatkan pertarungan hebat. Pada 1985, Azzam dan Osama Bin Laden mendirikan Kantor Layanan, yang menerima sukarelawan Muslim, melakukan pelatihan dan menjadi satuan pejuang di Afghanistan. Osama tak hanya mengumpulkan uang dan mengatur logistik, tapi juga mendirikan kamp pelatihan, membangun jalan dan membentuk satuan perlawanan, dan terjun dalam pertempuran. Osama bertemu kelompok jihad utama Mesir yang berpandangan sama, membangun kembali dunia Muslim setelah Soviet dikalahkan. Mereka adalah: Mohammed Atef, Dr Ayman al-Zawahiri, Abu Ubaidah al-Banshiri, Abdullah Ahmed Abdullah, dan Omar Abdel Rahman, kiai buta Mesir.
Pada April 1988, 9 tahun 4 bulan setelah serangan Soviet di Afghanistan, perwakilan Afghanistan, Uni Soviet, AS dan Pakistan bertemu. Mereka sepakat meneken kesepakatan: Rusia menarik pasukan dari Afghanistan, Afghanistan dan Pakistan tak saling campur tangan urusan politik dan militer, AS mengakhiri dukungan pada kelompok anti-Soviet di Afghan.
Azzam menjadikan kasus itu menjadi dasar yang lebih luas, bahwa umat Muslim bisa mewujudkan dunia Islam yang sempurna. Dengan kesepakatan penuh, Osama menyerukan rapat perencanaan yang akan dinamai Al Qaeda-al-Askariya, atau 'pusat militer' yang kemudian dikenal dengan Al Qaeda saja, yang berarti 'pusat' atau 'fondasi'. Rapat pertama, di rumah Osama, di Peshawar, Pakistan.
Dalam perjalanan Osama memimpin Al Qaeda, ketegangan terlihat di antara pengikutnya, yang paling kasat mata, antara Azzam dan Al-Zawahiri. Keduanya berebut dukungan dan dana dari Osama Bin Laden.
Azzam tidak mendukung aksi kekerasan kepada sesama muslim, sementara Zawahiri sebaliknya. Pasca penarikan pasukan Soviet sepenuhnya 15 Februari 1989, Al Qaeda mengklaim kemenangan terbesar dan berusaha menjadikan gerakan global sejak saat itu.
Ada beberapa percobaan pembunuhan pada Azzam, hingga pada 24 November 1989, Azzam (49) dan dua anak lelakinya terbunuh dalam ledakan ranjau darat saat karavan motor membawa mereka ke masjid di Peshawar untuk salat. Tak ada pihak yang bertanggung jawab, spekulasi merebak, namun diyakini, Zawahiri menjadi dalang pembunuhan tersebut.
Azzam lah yang diyakini menjadi satu-satunya orang yang bisa mencegah Osama melakukan serangan-serangan terhadap penguasa Arab Saudi dan AS di masa mendatang.
"Osama segera kembali ke Jeddah, sebagai pria yang visi politik, relijius, dan militannya telah sepenuhnya bangkit. Sejak saat itu, dia terus mendorong pertumbuhan Al Qaeda dan aktif mengadakan pertemuan dengan warga Arab lain yang mempunyai pandangan sama,". Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...


{ 0 komentar... Views All / Send Comment! }

Posting Komentar